Bagiku, mendaki gunung adalah sebuah aktivitas menyenangkan. Dekat dengan alam, mencium wangi segar angin pegunungan, menapakkan kaki di tanah berdebu yang lengket oleh lumpur jika kena hujan, serta memandangi keindahan hutan dan kanopi-kanopinya. Mendaki gunung seakan sebuah pengisian ulang semangat bagiku, setelah lama dikurung panas atap dan gedung-gedung beton. Juga, merasakan keindahan nikmatnya Sang Pencipta dan belajar bagaimana kehidupan bekerja dengan uniknya. Mendaki gunung, juga memberi pelajaran dan pengalaman bagiku, seperti hidup yang harus dijalani dengan segala kompleksitasnya.
Mendaki gunung adalah cinta. Cinta kepada alam, juga cinta kepada sesama manusia. Menanamkan sifat bersahabat pada alam dan rasa bertoleransi kepada sesama manusia. Meresapi tiap-tiap sendi kehidupan, kadang di atas kadang di bawah. Percayakah kamu, jika mendaki gunung seperti miniatur kehidupan? Bahwa segala sesuatu dimulai dari bawah, dengan menerjang sulitnya lintasan pendakian, untuk mencapai puncak..
Bahwa mendaki gunung juga sebuah perjalanan cinta.
Bagiku mendaki gunung lebih dari sekedar hobi. Seperti hobi-hobi lain yang juga punya pemiliknya masing-masing. Orang yang suka musik, maka dia akan merasa senang apabila bermain musik. Orang yang menyukai fotografi, dia juga merasa senang apabila mendapatkan objek yang bagus melalui lensanya. Tidak ada yang salah dengan mendaki gunung, meskipun yang melakukannya adalah seorang wanita.
Kadang, orang tak mengerti jalan pikiran para pendaki. Capek-capek ke atas, lalu turun lagi. Sudah begitu, biaya yang dikeluarkan tak sedikit pula. Daan segala resiko lainnya. Hei, itu sudah konsekuensi. Orang yang menyukai musik, dia akan berusaha memfasilitasi kemampuan bermusiknya. Jika dia menyukai alat musik gitar, contohnya, dia juga tak akan sayang membelanjakan uangnya 'sedikit' saja untuk membeli gitar yang mampu mendukung kemampuan bermainnya. Hanya saja bedanya dengan orang yang hobi bermain musik, orang yang menyukai pendakian tak banyak yang mendukung, dan masih juga ada yang memandang sebelah mata.
Padahal, sah-sah saja menyukai hal yang tidak orang lain suka, betul? Semua itu kembali ke pribadi orang masing-masing.
Setiap orang punya cara sendiri memaknai hidupnya. Pemusik, pedagang, pencopet, bahkan pendaki pun juga punya cara uniknya sendiri-sendiri. Tinggal dukungan dari orang lain, apakah ikut serta mendukung atau mencaci-maki?
0 Response to "ANTARA CINTA DAN PENDAKIAN"
Posting Komentar