Pakuwaja, Puncak Tertinggi Dieng





Selain Gunung Prau, Dataran Tinggi Dieng menyimpan pesona gunung cantik lain untuk didaki. Namanya Gunung Pakuwaja. Kono, puncak Pakuwaja ini merupakan yang tertinggi di Dieng. Seperti apa?




Dieng sudah tak asing lagi bagi telinga masyarakat Indonesia, terutama yang hobi traveling. Dataran tinggi yang dikelilingi bukit seolah menjadikannya kaldera. Terkenal akan camilan khas manisan carica yang legit dan segar, serta suhu udara yang dingin. Tak heran siang hari pun kita masih menjumpai penduduk Dieng mengenakan sarung saat beraktifitas.

Kali ini saya hanya berdua dengan suami, tidak mengunjungi wisata di dieng karena sudah pernah, tetapi saya memutuskan untuk mendaki Gunung Prau via Patak Banteng yang eksotis, dengan golden sunrisenya. Tapi sayang seribu sayang, gunung ini ditutup sampai akhir Maret 2015 untuk mengembalikan kealamiannya, setelah sering didaki tanpa perawatan yang maksimal, membuat jalur pendakiannya rusak.

Tak heran memang, jika gunung ini begitu jadi primadona pendaki pemula dan profesional karena jarak tempuh hanya 2 jam dari basecamp. Tak mau kecewa begitu saja, kami ditawari oleh penjaga basecamp untuk mendaki Gunung Pakuwaja yang letaknya berseberangan dengan Prau. Gunung ini terbilang masih perawan lho! Dilihat dari tidak adanya sampah di sepanjang perjalanan.

Setelah izin dan membayar retribusi di basecamp desa Parikesit, kami langsung memulai pendakian malam hari. Wah, ternyata banyak bonus jalanan yang landai serta sinar bulan kala itu, sehingga kami dengan mudah menemukan petunjuk jalan menuju puncak Pakuwaja. Bau belerang mulai tercium, tapi tak usah khawatir, karena tidak begitu berbahaya. Sepanjang perjalanan kami disambut hamparan ladang yang didominasi kentang dan tanaman carica.

Satu setengah jam berlalu, kami pun sampai di puncak. Eh, tapi ini bukan puncak sesungguhnya, kami baru tiba di puncak Prambanan. Dihadapan kami menjulang tinggi puncak yang kami nantikan. Dengan kemiringan hampir 80 derajat, kami terus mendaki, dan hanya butuh 20 menit dari puncak Prambanan ke puncak Pakuwaja.

Rasa syukur dan bangga karena bisa sampai dengan selamat. Segera kami bergegas mendirikan tenda dan membuat kopi untuk menghangatkan tubuh. Sepi sekali karena hanya kami yang bermalam di puncak saat itu.

Pada pagi harinya, cuaca sangat mendung, sehingga kami gagal berburu sunrise, yang katanya tidak kalah dengan golden sunrisenya Prau. Cuaca mulai cerah pukul 06.30, dan kami pun menyaksikan Dieng dari puncak tertinggi Pakuwaja. Takjub!

Tampak dari kejauhan Gunung Prau yang masih malu-malu dengan kabutnya. Tak lupa kami mengabadikan moment tersebut dalam ingatan dan tentu saja dengan kamera kami. Ternyata kami tidak sendiri, dihadapan kami terdapat sebuah bukit dan samar-samar terdengar suara. Kami berteriak dan mereka membalas, ternyata mereka bermalam di Bukit Sikunir melalui desa Sembungan, sehingga tidak berpapasan dengan kami.

Di sebelah timur mulai terlihat kegagahan gunung Sindoro, dan dari kejauhan gunung Merbabu-Merapi juga mulai menampakkan diri. Sementara di sebelah utara, ada gunung Prau, dan terakhir di sebelah barat ada gunung tertinggi di Jawa Tengah yaitu Gunung Slamet, yang jadi rencana pendakian kami berikutnya.

Kami memutuskan untuk turun pukul 10.00 karena cuaca mulai terik dan kepanasan di dalam tenda. Baru beberapa langkah menuruni puncak, lagi-lagi kami dibuat takjub oleh kawah gunung Pakuwaja yang pada pendakian, tak terlihat oleh kami. Nampak juga Telaga Warna Dieng yang terkenal akan warna-warninya. Di sebelahnya ada telaga Pangilon yang jernih seperti pangilon atau kaca. Sejenak termenung melihat keagungan Tuhan, kami terasa sangat kecil di hadapan-Nya.

0 Response to "Pakuwaja, Puncak Tertinggi Dieng"

Posting Komentar